Tuesday 24 March 2015

Tata Cara Tobat Yang Benar Menurut Islam

Hasil gambar untuk taubatSetiap hamba pasti sempat terjerumus dalam dosa bahkan juga dosa besar. Mungkin saja seseorang telah terjerumus dalam kelamnya zina, membunuh orang lain tanpa jalan yang benar, sempat menegak arak (khomr), alias seringnya meninggalkan shalat lima waktu padahal meninggalkan satu shalat saja tergolong dosa besar berdasarkan kesepakatan para ulama. Inilah dosa besar yang mungkin saja di antara kami sempat terjerumus di dalamnya. Lalu masihkah terbuka pintu taubat? Pasti saja pintu taubat tetap terbuka, ampunan Allah begitu luas.

Sebuah hadits yang patut jadi renungan, Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

”Wahai anak Adam, sesungguhnya apabila engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, jadi pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, pasti bakal Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, pasti Aku bakal mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Jika Bertaubat, Setiap Dosa Bakal Diampuni

Hadits di atas menunjukkan bahwa Allah sangatlah Maha Pengampun. Setiap dosa –baik dosa kecil, dosa besar, dosa syirik bahkan dosa kekufuran- bisa diampuni selagi seseorang bertaubat sebelum datangnya kematian mesikipun dosa itu sepenuh bumi. Faktor ini dikuatkan pula pada ayat dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).

Ibnu Katsir mengatakan, ”Ayat yang mulia ini berisi seruan terhadap setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat terhadap Allah. Ayat ini mengadukan bahwa Allah bakal mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, mesikipun dosa tersebut amat banyak, bagaikan buih di lautan. ”[1]

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah bakal mengampuni setiap dosa mesikipun itu dosa kekufuran, kesyirikan, dan dosa besar (seperti zina, membunuh dan minum minuman keras). Sebagaimana Ibnu Katsir mengatakan, ”Berbagai hadits menunjukkan bahwa Allah mengampuni setiap dosa (termasuk pula kesyirikan) apabila seseorang bertaubat. Janganlah seseorang berputus asa dari rahmat Allah mesikipun begitu tak sedikit dosa yang ia perbuat sebab pintu taubat dan rahmat Allah begitu luas.”[2]

Seseorang Yang Melakukan Dosa Berulang Kali

Mengenai faktor ini, cobalah kami renungkan dalam hadits berikut. Dari Abu Huroiroh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang diceritakan dari Rabbnya ‘azza wa jalla,

“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dirinya mengatakan ‘Allahummagfirliy dzanbiy’ [Ya Allah, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dirinya mengenal bahwa dirinya mempunyai Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap tindakan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dirinya mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dirinya mengenal bahwa dirinya mempunyai Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap tindakan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dirinya mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dirinya mengenal bahwa dirinya mempunyai Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap tindakan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni.”( HR. Muslim no. 2758). An Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘beramallah sesukamu’ adalah selagi engkau berbuat dosa lalu bertaubat, jadi Allah bakal mengampunimu.

An Nawawi mengatakan, ”Seandainya seseorang berulang kali melakukan dosa hingga 100 kali, 1000 kali alias lebih, lalu ia bertaubat setiap kali berbuat dosa, jadi pasti Allah bakal menerima taubatnya setiap kali ia bertaubat, dosa-dosanya pun bakal gugur. Seandainya ia bertaubat dengan sekali taubat saja seusai ia melakukan semua dosa tadi, taubatnya pun sah.”[3]

Ya Rabb, begitu luas sekali rahmat dan ampunan-Mu terhadap hamba yang hina ini …

Bertaubatlah yang Tulus

Allah Ta’ala berfirman,


“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah terhadap Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)

Dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullah bahwa makna taubat yang tulus (taubatan nashuhah) sebagaimana kata para ulama adalah,

“Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tak melakukannya lagi di masa bakal datang. Lalu apabila dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, jadi ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.”[4]

Penuhilah Syarat Diterimanya Taubat

Berdasarkan penjelasan Ibnu Katsir di atas, syarat taubat yang mesti dipenuhi oleh seseorang yang ingin bertaubat bisa dirinci dengan cara lebih lengkap sebagai berikut.

1. Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan sebab makhluk alias untuk tujuan duniawi.

2. Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu jadi ia pun tak ingin mengulanginya kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar, “Menangisi dosa-dosa itu bakal menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.”[5] ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.[6]

3. Tak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya, apabila ia melakukan keharaman, jadi ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan sebuahyang wajib, jadi ia kembali menunaikannya. Dan apabila berkaitan dengan hak manusia, jadi ia segera menunaikannya alias meminta maaf.

4. Bertekad untuk tak mengulangi dosa tersebut di masa bakal datang sebab apabila seseorang tetap bertekad untuk mengulanginya jadi itu pertanda bahwa ia tak benci pada maksiat. Faktor ini sebagaimana tafsiran sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tak mengulanginya lagi.[7]

5. Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum datang ajal alias sebelum matahari terbit dari arah barat. Apabila dilakukan seusai itu, jadi taubat tersebut tak lagi diterima.[8]

Bacalah Do’a Ampunan Versi Abu Bakr

Do’a yang bisa diamalkan adalah do’a meminta ampunan yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Dari Abu Bakr Ash Shiddiq, beliau mengatakan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Ajarkanlah aku sebuahdo’a yang bisa aku panjatkan saat shalat!” Jadi Beliau pun berkata, “Bacalah: ‘ALLAHUMMA INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN ‘INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHAFUURUR RAHIIM (Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Jadi itu ampunilah aku dengan sebuahpengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) ‘.” (HR. Bukhari no. 834 dan Muslim no. 2705)

Lakukan Shalat Taubat

Shalat taubat adalah shalat yang dianjurkan berdasarkan kesepakatan empat madzhab[9]. Faktor ini berdasarkan hadits,

“Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka’at kemudian meminta ampun terhadap Allah, kecuali Allah bakal mengampuninya.” Kemudian beliau menyimak ayat ini: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan tindakan keji alias menganiaya diri sendiri, mereka ingat bakal Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang bisa mengampuni dosa tidak hanya dari pada Allah? Dan mereka tak meneruskan tindakan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.[10]” (HR. Tirmidzi no. 406, Abu Daud no. 1521, Ibnu Majah no. 1395. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)[11]. Meskipun sebagian ulama mendhoifkan hadits ini, tetapi kandungan ayat telah mendukung disyariatkannya shalat taubat.[12]

Shalat taubat ini bisa lumayan dengan dua raka’at dan lumayan niat dalam hati, tanpa butuh melafazhkan niat tertentu.

Jauhilah Lingkungan Yang Kurang baik Demi Memperkuat Taubat

An Nawawi mengatakan, ”Hendaklah orang yang bertaubat mengganti temannya dengan teman-teman yang baik, sholih, berilmu, pakar ibadah, waro’dan orang-orang yang meneladani mereka-mereka tadi. Hendaklah ia mengambil kegunaaan ketika akrab dengan mereka.”[13]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan terhadap kami supaya akrab dengan orang yang bisa memberikan kebaikan dan tak jarang menasehati kita.

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Apabila engkau tak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya alias minimal bisa baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, apabila engkau tak mendapati badan alias pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau bisa baunya yang tak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang bisa merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan supaya berteman dengan orang-orang yang bisa memberikan kegunaaan dalam agama dan dunia.”[14]

Semoga Allah menerima setiap taubat kami dan mengampuni setiap dosa yang kami sesali. Hanya Allah yang beri taufik.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Artikel www.remajaislam.com, dipublish ulang oleh www.rumaysho.com

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Diselesaikan di Panggang-GK, 3 Rajab 1431 H (15/06/2010)

[1] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/138-139, Muassasah Qurthubah

[2] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/140

[3] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/75

[4] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14/61.

[5] Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 203, Darul Muayyid, cetakan pertama, 1424 H.

[6] Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 206.

[7] Idem.

[8] Kami sarikan syarat taubat ini dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Sholihin.

[9] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/ 431, Al Maktabah At Taufiqiyah dan Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 2/9662, Asy Syamilah.

[10] QS. Ali Imron: 135.

[11] Hadits ini didho’ifkan oleh sebagian ulama. Tetapi sebagian ulama menshahihkannya.

[12] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/ 431.

[13] Idem

[14] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379

http://rumaysho.com/belajar-islam/manajemen-qolbu/3084-melebur-dosa-dengan-taubat-yang-tulus.html

=============================================




Keutamaan Taubat



Hakikat taubat adalah kembali tunduk terhadap Allah dari bermaksiat kepada-Nya terhadap ketaatan kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat utama dan taubat muqayyad (terikat). Taubat utama ialah bertaubat dari segala tindakan dosa. Sedangkan taubat muqayyad ialah bertaubat dari salah satu dosa tertentu yang sempat dilakukan.

Syarat-syarat taubat meliputi: beragama Islam, berniat ikhlas, mengakui dosa, menyesali dosa, meninggalkan tindakan dosa, bertekad untuk tak mengulanginya, mengembalikan hak orang yang dizalimi, bertaubat sebelum nyawa berada di tenggorokan alias matahari terbit dari arah barat. Taubat adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja berbuat dosa. Sebab Allah berfirman,


“Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31) (lihat Syarh Ushul min Ilmil Ushul Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah, mengenai pembahasan isi khutbatul hajah).

Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang

Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dirinya Maha pengampun lagi Maha Penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat terhadap hamba-hambaNya di dalam sekian tak sedikit ayat yang mulia. Allah ta’ala berfirman,

“Allah mengharapkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin supaya kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 27)

Allah ta’ala juga berfirman,

“Dan seandainya bukan sebab keutamaan dari Allah terhadap kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian bakal binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana.” (QS. An Nuur: 10)

Allah ta’ala berfirman,


“Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya.” (QS. An Najm: 32)

Allah ta’ala berfirman,

“Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A’raaf: 156)

Oleh Karenanya, Saudaraku yang Tercinta…

Pintu taubat ada di hadapanmu terbuka lebar, ia menanti kedatanganmu… Jalan orang-orang yang bertaubat telah dihamparkan. Ia merindukan pijakan kakimu… Jadi ketuklah pintunya dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan pertolongan terhadap Tuhanmu… Bersungguh-sungguhlah dalam menaklukkan dirimu, paksalah ia untuk tunduk dan taat terhadap Tuhannya. Dan apabila engkau telah sangatlah bertaubat terhadap Tuhanmu kemudian sesudah itu engkau terjatuh lagi di dalam maksiat, jadi memupus taubatmu yang terdahulu, janganlah malu untuk memperbaharui taubatmu untuk kesekian kalinya. Selagi maksiat itu tetap berulang padamu jadi teruslah bertaubat.

Allah ta’ala berfirman,

“Karena sesungguhnya Dirinya Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang sangatlah bertaubat kepada-Nya.” (QS. Al Israa’: 25)

Allah ta’ala juga berfirman,

“Katakanlah terhadap hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jadi kembalilah terhadap Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tak bisa lagi memperoleh pertolongan.” (QS. Az Zumar: 53-54)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Seandainya kalian berbuat dosa jadi tumpukan dosa itu dengan tinggi langit kemudian kalian sangatlah bertaubat, niscaya Allah bakal menerima taubat kalian.” (Shahih Ibnu Majah)

Maka di manakah orang-orang yang bertaubat dan menyesali dosanya? Di manakah orang-orang yang kembali taat dan merasa takut siksa? Di manakah orang-orang yang ruku’ dan sujud?

Berbagai Keutamaan Taubat

Pada hakikatnya taubat itulah isi aliran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan rutin membutuhkannya dalam menjalani setiap bagianan kehidupan. Jadi orang yang sangatlah berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat ialah:

Pertama: Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.

Allah ta’ala berfirman,


“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)

Kedua: Taubat adalah sebab keberuntungan.

Allah ta’ala berfirman

????????? ????? ??????? ???????? ???????? ?????????????? ??????????? ???????????

“Dan bertaubatlah terhadap Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)

Ketiga: Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya.

Allah ta’ala berfirman


“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni beberapa kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)

Allah ta’ala juga berfirman

“Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh jadi sesungguhnya Allah bakal menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima

Keempat: Taubat adalah sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.

Allah ta’ala berfirman,

“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah sebuahgenerasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu bakal dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman dan beramal saleh jadi mereka itulah orang-orang yang bakal masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60)

Kelima: Taubat adalah sebab memperoleh ampunan dan rahmat.

Allah ta’ala berfirman,

“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman jadi sesungguhnya Tuhanmu sangatlah Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153)

Keenam: Taubat adalah sebab beberapa kejelekan diganti dengan beberapa kebaikan.

Allah ta’ala berfirman,

“Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dirinya bakal menemui pembalasannya. Bakal dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka bakal abadi di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan beramal saleh jadi mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi beberapa kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al Furqaan: 68-70)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari sebuahdosa sebagaimana orang yang tak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)

Ketujuh: Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.

Allah ta’ala berfirman,

“Apabila kalian bertaubat jadi sesungguhnya faktor itu baik bagi kalian.” (QS. At Taubah: 3)

Allah ta’ala juga berfirman,

“Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka.” (QS. At Taubah: 74)

Kedelapan: Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.

Allah ta’ala berfirman,


“Kecuali orang-orang yang bertaubat, membenahi diri dan berpegang teguh dengan agama Allah dan mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang bakal bersama dengan kaum beriman dan Allah bakal memberikan terhadap kaum yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)

Kesembilan: Taubat adalah sebab turunnya barakah dari atas langit dan bertambahnya kekuatan.

Allah ta’ala berfirman,

“Wahai kaumku, minta ampunlah terhadap Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya bakal dikirimkan terhadap kalian awan dengan mengangkat air hujan yang lebat dan bakal diberikan kekuatan tambahan terhadap kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)

Kesepuluh: Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat.

Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,

“Para malaikat yang mengangkat ‘Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari siksa neraka.” (QS. Ghafir: 7)

Kesebelas: Keutamaan taubat yang lain adalah ia tergolong ketaatan terhadap kehendak Allah ‘azza wa jalla.

Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,

“Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian.” (QS. An Nisaa’: 27). Jadi orang yang bertaubat berarti dirinya adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan diridhai-Nya.

Kedua belas: Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab faktor itu.

Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki fauna tunggangannya di padang luas lalu fauna itu terlepas dan mengangkat berangkat bekal makanan dan minumannya jadi ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan berputus asa dampak kehilangan fauna tersebut, dalam keadaan semacam itu tiba-tiba fauna itu telah kembali berada di sisinya jadi diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan sebab saking gembiranya, ‘Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dirinya salah berucap sebab terlalu gembira.” (HR. Muslim)

Ketiga belas: Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat dosa jadi di dalam hatinya ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dirinya meninggalkannya dan beristighfar dan bertaubat jadi kembali bersih hatinya. Dan apabila dirinya mengulanginya jadi titik hitam itu bakal ditambahkan padanya hingga menjadi pekat, itulah raan yang disebutkan Allah ta’ala,

“Sekali-kali tak bakal tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka dampak apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani)

Oleh sebab itu, saudaraku yang kucintai…

Sudah sepantasnya setiap orang yang berakal untuk bersegera menggapai keutamaan dan memetik buah memikat yang dihasilkan oleh ketulusan taubat itu…, Saudaraku:

Tunaikanlah taubat yang diinginkan Ilahi

demi kepentinganmu sendiri

Sebelum datangnya kematian dan lisan terkunci

Segera perbuat taubat dan tundukkanlah jiwa

Inilah harta simpanan bagi hamba yang kembali taat dan baik amalnya

Tingkatan Jihad Melawan Syaitan

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: Jihad melawan syaitan itu ada dua tingkatan.

Pertama, berjihad melawannya dengan tutorial menolak segala syubhat dan keragu-raguan yang menodai keimanan yang dilontarkannya terhadap hamba.

Kedua, berjihad melawannya dengan tutorial menolak segala keinginan yang merusak dan rayuan syahwat yang dilontarkan syaitan kepadanya.

Maka tingkatan jihad yang pertama bakal membuahkan keyakinan sesudahnya. Sedangkan jihad yang kedua bakal membuahkan kesabaran.

Allah ta’ala berfirman,


“Maka Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami sebab mereka bisa bersabar dan senantiasa meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah: 24)

Allah mengadukan bahwasanya kepemimpinan dalam agama hanya bisa diperoleh dengan bekal kesabaran dan keyakinan. Kesabaran bakal menolak rayuan syahwat dan keinginan-keinginan yang merusak, sedangkan dengan keyakinan beberapa syubhat dan keragu-raguan bakal tersingkirkan.

Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam. Wal hamdu lillaahi Rabbil ‘aalamiin.

(disadur dari Ya Ayyuhal Muqashshir mata tatuubu, Qismul ‘Ilmi Darul Wathan dan tambahan dari sumber lain)

Jogjakarta, 9 Rabi’uts Tsani 1427 Hijriyah

***

Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi

Artikel www.muslim.or.id

========================================

Resep Nasib Bahagia

Seandainya kami bertanya terhadap orang-orang di sekeliling kami dari beberapa agama, bangsa, profesi dan status sosial mengenai impian mereka nasib di dunia ini pasti jawaban mereka sama “kami ingin bahagia”. Tersanjung adalah keinginan dan impian semua orang. Orang mukmin ingin tersanjung demikian juga orang kafir pun ingin bahagia. Orang yang berprofesi sebagai pencuri pun ingin tersanjung dengan profesinya. Melewati kegiatan menjual diri, seorang pelacur pun ingin bahagia. Meskipun semua orang ingin bahagia, mayoritas manusia tak mengenal tersanjung yang sebetulnya dan tak mengenal tutorial untuk meraihnya. Meskipun ada sebagian orang merasa gembira dan suka cita saat nasib di dunia bakal tetapi kecemasan, kegalauan dan penyesalan itu merusak suka ria yang dirasakan. Jadi sebagian orang rutin merasakan kekhawatiran mengenai masa depan mereka. Terlebih lagi ketakutan terhadap kematian.

Allah berfirman dalam surat Al Jumu’ah ayat 8:

“Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, jadi sesungguhnya kematian itu bakal menemui kamu, kemudian kalian bakal dikembalikan terhadap yang mengenal yang mistik dan yang nyata, lalu Dirinya beritakan kepadamu apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah: 8)

Banyak orang yang beranggapan bahwasanya orang-orang barat adalah orang-orang yang hebat. Mereka beranggapan bahwasanya orang-orang barat nasib penuh dengan kebahagiaan, ketenteraman dan ketenangan. Tetapi fakta berkata lain, realita di lapangan menunjukkan bahwa dengan cara umum orang-orang barat itu nasib penuh dengan penderitaan. Faktor ini dikuatkan dengan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh orang-orang barat sendiri mengenai permasalahan pembunuhan, bunuh diri dan beberapa tindakan kejahatan yang lainnya, tetapi ada sekelompok manusia yang memahami hakikat kebahagiaan bahkan mereka telah menempuh jalan untuk mencapainya. Merekalah orang-orang yang beriman terhadap Allah. Mereka memandang kebahagiaan itu tersedia dalam sikap taat terhadap Allah dan mendapat ridho-Nya, menjalankan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Boleh jadi di antara mereka yang tak mempunyai kebutuhan pokoknya setiap harinya, bakal tetapi dirinya adalah seorang yang sangatlah tersanjung dan bergembira bagaikan pemilik dunia dan segala isinya.

Allah berfirman,

“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)

Jika mayoritas manusia kebingungan mengenai jalan yang harus ditempuh menuju tersanjung jadi faktor ini tak sempat dialami oleh seorang mukmin. Bagi seorang mukmin jalan kebahagiaan telah terpampang jelas di hadapannya. Impian supaya memperoleh kebahagiaan paling besar mendorongnya untuk menghadapi beragam kesulitan.

Terdapat beberapa keterangan dari wahyu Alloh sebagai berita gembira bagi orang-orang yang beriman bahwasanya dirinya telah berada di atas jalan yang benar dan cocok Allah berfirman:

“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, jadi ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), sebab jalan-jalan itu mencerai beraikan kalian dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah supaya kalian bertakwa.” (QS. Al An’aam: 153)

Jika di antara kami yang bertanya bagaimanakah yang dirasakan bagi orang-orang yang tersanjung dan orang-orang yang celaka jadi Allah telah memberikan jawaban dengan firman-Nya:

“Adapun orang-orang yang celaka, Jadi (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan luar biasa nafas (dengan merintih), Mereka abadi di dalamnya selagi ada langit dan bumi, kecuali apabila Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dirinya kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, jadi tempatnya di dalam surga, mereka abadi di dalamnya selagi ada langit dan bumi, kecuali apabila Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Hud: 106-108)

Jika di antara kami yang bertanya-tanya bagaimanakah tutorial untuk menjadi orang yang berbahagia, jadi Alloh telah memberikan jawabannya dengan firman-Nya,


“Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tak bakal sesat dan tak bakal celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, jadi sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami bakal menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thoha: 123-124)

Dan juga dalam firman-Nya,


“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, jadi sesungguhnya bakal kami berbagi kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya bakal kami beri balasan terhadap mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Kebahagiaan seorang mukmin terus bertambah ketika dirinya terus dekat dengan Tuhannya, terus ikhlas dan mengikuti petunjuk-Nya. Kebahagiaan seorang mukmin terus berkurang apabila hal-hal di atas makin berkurang dari dirinya.

Seorang mukmin sejati itu rutin merasakan ketenangan hati dan kenyamanan jiwa. Dirinya menyadari bahwasanya dirinya mempunyai Tuhan yang mengatur segala sesuatu dengan kehendak-Nya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang yang beriman hanya bakal mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tak sempat terjadi kecuali untuk orang-orang yang beriman. Apabila dirinya memperoleh kesenangan jadi dirinya bakal bersyukur dan faktor tersebut adalah kebaikan untuknya. Tetapi apabila dirinya merasakan kesusahan jadi dirinya bakal bersabar dan faktor tersebut adalah kebaikan untuk dirinya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Inilah yang adalah puncak dari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sebuahfaktor yang abstrak, tak bisa dilihat dengan mata, tak bisa diukur dengan angka-angka tertentu dan tak bisa dibeli dengan rupiah maupun dolar. Kebahagiaan adalah sesuatu yang dirasakan oleh seorang manusia dalam dirinya. Hati yang tenang, dada yang lapang dan jiwa yang tak dirundung malang, itulah kebahagiaan. Tersanjung itu timbul dari dalam diri seseorang dan tak bisa didatangkan dari luar.

Tanda Kebahagiaan

Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa tanda kebahagiaan itu ada 3 hal. 3 faktor tersebut adalah bersyukur ketika memperoleh nikmat, bersabar ketika memperoleh cobaan dan bertaubat ketika melakukan kesalahan. Beliau mengatakan: sesungguhnya 3 faktor ini adalah tanda kebahagiaan seorang hamba dan tanda keberuntungannya di dunia dan di akhirat. Seorang hamba sama sekali tak sempat bisa terlepas dari 3 faktor tersebut:

1. Syukur ketika memperoleh nikmat.

Seorang manusia rutin berada dalam nikmat-nikmat Allah. Meskipun demikian, nyatanya hanya orang berimanlah yang menyadari adanya nikmat-nikmat tersebut dan merasa tersanjung dengannya. Sebab hanya merekalah yang mensyukuri nikmat, mengakui adanya nikmat dan menyanjung Zat yang menganugerahkannya. Syukur dibuat di atas 5 prinsip pokok:

1. Ketundukan orang yang bersyukur terhadap yang memberi nikmat.

2. Rasa cinta terhadap yang memberi nikmat.

3. Mengakui adanya nikmat yang diberikan.

4. Memuji orang yang memberi nikmat sebab nikmat yang dirinya berikan.

5. Tak memakai nikmat tersebut dalam hal-hal yang tak disukai oleh yang memberi nikmat.

Siapa saja yang menjalankan lima prinsip di atas bakal merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, apabila lima prinsip di atas tak dilaksanakan dengan sempurna jadi bakal menyebabkan kesengsaraan selamanya.

2. Sabar ketika mendapat cobaan.

Dalam nasib ini di samping ada nikmat yang harus disyukuri, juga ada beberapa ujian dari Allah dan kami harus bersabar ketika menghadapinya. Ada tiga rukun sabar yang harus dipenuhi supaya kami bisa disebut orang yang sangatlah bersabar.

1. Menahan hati untuk tak merasa marah terhadap ketentuan Allah.

2. Menahan lisan untuk tak memperlawankan terhadap makhluk.

3. Menahan anak buah tubuh untuk tak melakukan hal-hal yang tak di benarkan ketika terjadi musibah, semacam menampar pipi, merobek baju dan sebagainya.

Inilah tiga rukun kesabaran, apabila kami sanggup melaksanakannya dengan benar jadi cobaan bakal berubah menjadi sebuah kenikmatan.

3. Bertaubat ketika melakukan kesalahan.

Jika Allah menghendaki seorang hamba untuk memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat, jadi Allah bakal memberikan taufik terhadap dirinya untuk bertaubat, merendahkan diri di hadapan-Nya dan mendekatkan diri terhadap Allah dengan beberapa kebaikan yang sanggup untuk dilaksanakan. Oleh sebab itu, ada seorang ulama salaf mengatakan: “Ada seorang yang berbuat maksiat tetapi malah menjadi sebab orang tersebut masuk surga. Ada juga orang yang berbuat kebaikan tetapi menjadi sebab masuk neraka.” Tak sedikit orang bertanya terhadap beliau, bagaimana mungkin faktor tersebut bisa terjadi?, lantas beliau menjelaskan: “Ada seorang yang berbuat dosa, lalu dosa tersebut rutin terbayang dalam benaknya. Dirinya rutin menangis, rugi dan malu terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Hatinya rutin kecewa sebab memikirkan dosa-dosa tersebut. Dosa semacam inilah yang menyebabkan seseorang memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan. Dosa semacam itu lebih berguna dari beberapa bentuk ketaatan, Sebab dosa tersebut memunculkan beberapa faktor yang menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba. Sebaliknya ada juga yang berbuat kebaikan, bakal tetapi kebaikan ini rutin dirinya sebut-sebut di hadapan Allah. Orang tersebut akhirnya menjadi arogan dan mengagumi dirinya sendiri dikarenakan kebaikan yang dirinya lakukan. Orang tersebut rutin mengatakan ’saya telah berbuat demikian dan demikian’. Nyatanya kebaikan yang dirinya kerjakan menyebabkan timbulnya ‘ujub, sombong, membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Hal-hal ini adalah sebab kesengsaraan seorang hamba. Apabila Allah tetap mengharapkan kebaikan orang tersebut, jadi Allah bakal memberikan cobaan terhadap orang tersebut untuk menghapus kesombongan yang ada pada dirinya. Sebaliknya, apabila Allah tak menghendaki kebaikan pada orang tersebut, jadi Allah biarkan orang tersebut terus menerus pada kesombongan dan ‘ujub. Apabila ini terjadi, jadi kehancuran telah berada di hadapan mata.”

Al Hasan al-Bashri mengatakan, “Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan menyimak Al Quran, apabila kalian bisakan jadi itulah yang diinginkan, apabila tak kalian bisakan dalam tiga faktor itu jadi sadarilah bahwa pintu kebahagiaan telah tertutup bagimu.”

Malik bin Dinar mengatakan, “Tidak ada kelezatan selezat mengingat Allah.”

Ada ulama salaf yang mengatakan, “Pada malam hari orang-orang gemar sholat malam itu merasakan kelezatan yang lebih daripada kelezatan yang dirasakan oleh orang yang bergelimang dalam faktor yang sia-sia. Seandainya bukan sebab adanya waktu malam pasti aku tak ingin nasib lebih lama di dunia ini.”

Ulama’ salaf yang lain mengatakan, “Aku berusaha memaksa diriku untuk bisa sholat malam selagi setahun lamanya dan aku bisa menonton usahaku ini yaitu mudah bangun malam selagi 20 tahun lamanya.”

Ulama salaf yang lain mengatakan, “Sejak 40 tahun lamanya aku merasakan tak ada yang mengganggu perasaanku melainkan berakhirnya waktu malam dengan terbitnya fajar.”

Ibrahim bin Adham mengatakan, “Seandainya para raja dan para pangeran mengenal bagaimana kebahagiaan dan kenikmatan pasti mereka bakal berusaha merebutnya dari kami dengan memukuli kami dengan pedang.” Ada ulama salaf yang lain mengatakan, “Pada sebuahwaktu sempat terlintas dalam hatiku, sesungguhnya apabila penghuni surga semisal yang kurasakan sekarang pasti mereka dalam kehidupan yang menyenangkan.”

Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ‘Sesungguhnya dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum sempat memasukinya jadi dirinya tak bakal memasuki surga diakhirat kelak.’” Wallahu a’laam.

(Diterjemahkan dengan leluasa dari As Sa’adah, Haqiqatuha shuwaruha wa asbabu tah-shiliha, cet. Dar. Al Wathan)

(Makalah Studi Islam Intensif 2005)

***

Disusun oleh: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar

Artikel www.muslim.or.id

No comments:

Post a Comment